Slider

Latest Post

Pingin Jalin Pertemanan, Eeeh Malah…?!?

Written By Unknown on Rabu, 04 Maret 2015 | 16.20

Memang benar, melakukan sesuatu hal haruslah dipikirkan dan dilakukan dengan cara yang tepat. Agar tak menjadi malapetaka. Alkisah, siswi SMP yang rajin, ceria dan lemah lembut bernama Mila beserta sahabatnya Eva bertemu dengan teman laki-lakinya dari kelas 8 D. Mereka tidak saling kenal, namun Mila dengan sok kenal memanggil dia.

“ Hai Juki…” sapa Ina. Juki hanya tersenyum sembari melihat kearah Mila yang naik sepeda. Juki memiliki perawakan yang gemuk, agak “tulalit” dengan gigi yang tonggos.

Tak bemaksud apa-apa selain menjalin pertemanan, untuk itulah Mila melakukan hal tersebut setiap kali bertemu dengan Juki,  tak berbeda saat ia bertemu dengan temannya yang lain. Ternyata hal tersebut disalah artikan oleh Juki. Bak orang yang lagi kasmaran, juki menghujani Mila dengan sms-sms nya yang tanpa spasi, tulis lengkap tanpa singkatan, apel… Eeeuuh…

“Mila, nanti aku main ke rumah kamu ya.. bla bla bla“ Ucap Juki sambil naik sepeda membuntuti Mila yang sedang bersepeda bersama Eva. Siang itu tepat jam 13.30 WIB dimana Mila dan Eva hendak pulang kerumah. Mila hanya diam tak berani menjawab apa-apa. Takut, gemetar, sebel merasuki dirinya. Ia tak ingin melihat wajahya, pedal sepedapun dikayuh dengan secepat-cepatnya, sekencang-kencangnya.

Setelah Juki pergi, Mila tak hendak pulang kerumah. Ia takut kalau hal itu terjadi. “ Eva, aku kerumah mbahku ya, aku gak jadi pulang kerumah “ ucap Mila. “Oh,, iya. Tapi nanti ada drumband, kamu berangkatkan?” Sahut Eva. “Iya nanti kita berangkat bareng ya..”.
Jam sudah menunjukan angka 15. 00 WIB, saatnya Mila pamit kepada mbahnya dan berangkat ekskul drumband.

“Assalamu’alaikum… “ salam Mila kepada ibunya yang langsung diruntut dengan cerita mengerikannya. Seumur-umur baru kali itu ia dikejar-kejar orang. Tak lama ia masuk kerumah, Juki benar-benar datang bersama temannya.

“Mila-nya lagi pergi, dia tadi pergi sama temen laki-lakinya.. “ kata ibu Mila kepada juki. Mila hanya mengintip dari jendela rumah dengan jantung deg-degan. Ia tak berani menemui Juki. Dengan wajah kecewa, Juki pergi bersama temannya.

Alhamdulillah,, itulah yang Mila rasakan. Rasanya begitu melegakan ia tak harus menemui Juki. Pasalnya ini bukanlah kali pertama melainkan kali kedua Juki main kerumh Mila. Mila pun berangkat drumband dengan was-was, khawatir kalau kejadian tadi berulang kembali.

Semenjak kejadian itu, Mila takut kepada Juki. Rasanya tak hendak bertemu, menyapa atau melihat wajahnya. Ia benar-benar berpura-pura tidak melihat ketika papasan dengan Juki.

Satu hal yang dapat dijadikan pelajaran adalah respon seseorang terhadap sesuatu hal berbeda-beda. Tak jarang maksud yang sebenarnya kita inginkan, tidak mampu tersampaikan secara sempurna.

Ekspresikan perasaan atau emosi kita dengan sebaik-baiknya dan sewajar-wajarnya.  

Be a muslimah calm, smart and friendly…

#Sayyidatina Fatimah

  Departemen Keputerian 2014

Habis Galau Terbitlah Tenang

Kata galau jelas sudah menjadi kata yang sudah menjalar bebas di setiap lidah para makhluk-makhluk hidup (iya lah) . lalu apa yang harusnya dilakukan jika galau sudah menjadi-jadi dan virus-virusnya sudah semerbak?, dan apa penyebab galau? Serta apa dong obatnya?

Kawan, dalam Al-Quran pada pertengahan surah al-Ma’arij ayat 19 sampai 35 ditegaskan, bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat galau lagi keluh kesah, kecuali sembilan golongan, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat, orang-orang yang terhadap hartanya telah disediakan bagian tertentu (zakat) atau hak yang telah ditetapkan untuk orang-orang miskin, baik yang meminta atau pun yang tidak meminta, orang-orang yang meyakini hari kiamat, orang-orang yang takut terhadap azab Allah, orang-orang yang memelihara kemaluannya dari perbuatan keji, orang-orang yang mampu menjaga dan menunaikan amanat dan janji-janjinya, orang-orang yang memberikan kesaksiaannya dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah golongan penghuni surga lagi di muliakan. (QS. Al-Ma’arij).

Galau ataupun gelisah bisa dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Biasanya nih penyebab kondisi mentalitas ini yakni oleh faktor-faktor tertentu, di antaranya yakni ketidakberdayaan menanggung beban hidup, kegagalan, tekanan eksternal dan permasalahan berat lain yang  menerpanya (serem bangett dah ). Dengan sangat jelas ada efek dari kondisi ini biasanya ialah timbulnya gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan, terutama kesehatan jiwa (ihhhhh..)

Sebuah kajian tentang kesehatan jiwa pernah menyebutkan, dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. (Republika.co.id)

Dalam kajian ilmiah pula, para pakar kedokteran pun mempunyai kesimpulan tersendiri yakni bahwa obat mujarab untuk mengobati penyakit gelisah ini yakni bermuara kepada keimanan (emang iman nomor one)

Coba kita artikan kata GALAU eaahh.. galau adalah kata yang sangat popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi bangsa INDONESIA (hee). Semua telah terjangkit syndrom, sebuah kata yang menandakan seseorang tengah dilanda sebuah rasa kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, gandah gulana serta kesedihan pada jiwanya lalu pemikirannya. Herannya nihh bro and sist banyak orang yang bangga (pake banget) mengatakan dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya, miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’ di negeri kita ini bisa terlihat dalam dunia sosial media.

Keraguan akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan tergonjang-ganjing oleh keberadaan permasalahan hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian problema hidup.

Pada dasarnya, manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar ajah jika disebut sebagai makhluk yang paling sering dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang artinya :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”

Orang yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya. Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.

Orang yang galau itu orang yang tak mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan meraih gelar sarjana maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut, maka ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan. Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya (asiiikkk).

Tau gak Orang yang sedang galau itu orang yang tak mampu bersabar atas ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar.

Oleh karena itu kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan keluar bagi hati yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi dengan Al Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya terserang ‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau mendengarkan dan membaca Al Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung mengobati kegalauan lewat status curhat di Facebook dan Twitter atau bahkan friendster (aha jadul banget) mendengarkan musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau, yang tidak galau menjadi galau juga (haha).

Dengan demikian, kita tak perlu lagi resah dan gelisah akan perasaan galau yang merajut kehidupan kita, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena galau itu tak sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni kehidupan jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap kegalauan kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah sebutkan dalam firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28).

Terkhusus umat Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.

Nih kawan gue kasih tau bahwa ada Ayat-ayat penawar galau yakni :
Ayat pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).

Dengan berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).

Ayat kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala. Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat  200 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”

Ayat ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya :

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Ayat keempat, sedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagai umat Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya. Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya yang artinya:

 “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)

Ayat kelima, menghadap Allah Subhanahu Wata’ala. Adukanlah semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5).

Jadi, umat islam harus senantiasa menkolerasikan antara kehidupan dengan berlandaskan pada al-qur’an agar selalu mendayuh melodi kehidupan dengan alunan syair ayat-ayat al-qur’an tersebut. Gak usah lagi deh ngomong ‘galau’ jika itu berimbas pada perilaku kalian yang kemudian akan menduakan Allah. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya ini.

#Sonari Pauziah
  Agribisnis 2011
  Departemen Syiar 2014

Man Jadda Wajada: Totalitas Usaha dan Totalitas Kepasrahan

Written By Unknown on Sabtu, 22 November 2014 | 17.35

PURWOKERTO, GamaisNews—Kekuatan kita sebagai seorang muslim, terletak pada totalitas kepasrahan kepada Allah. Dan totalitas kepasrahan kepada Allah, yakni tawakal, terletak pada totalitas usaha.

Demikian ungkap Ustadz Hermawan memaknai lafadz man jadda wajada dalam Kajian Yuk Mengenal Islam (YUMI) Gamais, Jumat (10/10) di Masjid HR. Boenyamin Fakultas Pertanian Unsoed. “Tawakal bisa maksimal, jika usahanya juga maksimal,” tegasnya.

Lafadz man jadda wajada yang berarti “barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil”, hanya peribahasa. Meski demikian, Ustadz Hermawan mengatakan, setidaknya ini bisa menyemangati kita dan memandangnya dari sudut pandang sebagai seorang muslim.

“Maka untuk mengiringi semangat bersungguh-sungguh ini, kita sebagai muslim kan disuruh untuk bersungguh-sungguh dalam segala hal. Maka kita harus mengikutinya dengan tawakal kepada Allah SWT,” jelasnya.

Pernyataan itu berimplikasi bahwa sehebat-hebatnya dan secerdas-cerdasnya berusaha, namun ketetapan segala sesuatu tetap berada di tangan Allah SWT. Namun, bukan berarti manusia hanya pasrah menunggu hasil tanpa melakukan usaha. Sebab, dalam Q.S. Ar-Ra'd: 11, Allah SWT berfirman,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka.”

Karena itu, Ustadz Hermawan melanjutkan, harus dikaitkan antara seluruh usaha dengan takdir atau dengan keputusan Allah SWT. Keduanya, harus berjalan selaras, tidak ada tawakal tanpa usaha dan jika tidak ada usaha berarti tidak tawakal.

Patut menjadi catatan, bahwa tidak disebut tawakal jika hanya berdoa kepada Allah SWT dengan pasrah yang tanpa diiringi usaha. “Itu namanya menuntut Allah memberikan sesuatu yang tidak kita usahakan,” ujarnya.

Untuk bertawakal kepada Allah SWT, maka tidak lain yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong diri, menyemangati diri, memaksimalkan diri untuk segera berbuat, segera beramal, segera melakukan sesuatu dengan total agar kemudian bisa bertawakal kepada Allah.

“Ini adalah dua hal yang harus senantiasa kita pegang, usaha yang keras di satu sisi, dan di sisi yang lain juga kepasrahan yang penuh kepada Allah,” Ustadz Hermawan menegaskan.

Keteladanan Syekh Ahmad Yasin

Sebuah kisah luar biasa berkaitan dengan man jadda wajada datang dari seorang Syekh Ahmad Yasin. Ia adalah seorang tokoh perjuangan Palestina yang kemudian harus berhadapan dengan helicopter APACE milik Israel. Ia lumpuh, sudah tua dan berada di atas kursi roda. Namun, untuk menghadapinya, Israel memerlukan banyak tentara dan helicopter.

Saat berusia 16 tahun, sebagaimana anak-anak Palestina pada umumnya, Syekh Ahmad Yasin sudah mempunyai semangat luar biasa untuk membebaskan tanah airnya dari penjajahan zionis Israel. Ia saat itu belum lumpuh.

Semangat dan kesiapan Syekh Ahmad Yasin untuk berjuang melawan penjajahan Israel pun harus diuji, yakni pada saat ia hendak menjadi bagian dari perjuangan Brigade Izzudin al Qosam. Ia beserta anak-anak Palestina lainnya pun mencoba menguji sejauh mana kesiapan dan kekuatan mereka melalui sebuah permainan yang disebut head stand, berdiri dengan menggunakan kepala.

“Untuk menunjukkan bahwa mereka kuat dan siap mendaftar Brigade Izzudin al Qosam,” ujar stadz Hermawan menjelaskan. “Karena di samping hafalan Quran-nya harus banyak, kekuatan fisik mereka juga harus bagus.”

Syekh Ahmad Yasin saat itu menjadi peserta lomba head stand yang harus adu kuat dengan anak-anak Palestina lainnya. Ia yang memang mempunyai tekad kuat untuk siap berjuang, mampu bertahan lebih lama dalam kondisi head stand dibanding yang lain.

Namun, selang beberapa waktu, ia mengalami hilang kesadaran. Allah memberikan ujian kepadanya, yakni kaki yang tidak bisa digerakkan. Itu menjadi awal mula kelumpuhannya. Akan tetapi, yang terjadi adalah ujian, tekad, semangat, cita-cita untuk membebaskan Palestina itu tidak pernah padam dari diri Ahmad Yasin. Ahmad Yasin kemudian memilih untuk memperdalam ilmu agama dan kemudian menjadi guru sekolah dasar dalam kondisinya yang lumpuh.

Tapi, dari orang tua yang lumpuh ini kemudian anak-anak Palestina terbakar semangatnya. Jika Ahmad Yasin menyampaikan materi, menyampaikan hal-hal yang benar tentang agama, tentang akhlak atau tentang apapun maka murid-muridnya itu begitu bersemangat untuk melaksanakannya.

Padahal, Ahmad Yasin bukanlah seorang orator yang handal, apalagi sampai berekspresi, gerakannya sangat terbatas. Tapi, ruh yang mewarnai setiap ucapannya, membuat anak-anak Palestina yang dibawah asuhannya menjadi bersemangat.

“Jadi, dalam kondisi yang lumpuh seperti itu, ternyata mimpi, harapan dan cita-cita tetap dijaga oleh seorang Ahmad Yasin. Itu menginspirasi banyak orang, kemudian pemuda-pemuda Palestina menjadi luar biasa dan akhirnya melalui Hamas, melalui Brigadir Izzudin al Qasam, mereka melakukan perlawanan yang tidak pernah berhenti sampai sekarang,” ujar Ustadz Hermawan.

Kepasrahan penuh kepada Allah setelah berusaha secara total menjadi penting. Sebab itu menunjukkan, seberapa besar keikhlasan akan hasil apapun yang diperoleh setelah melakukan segala usaha. Ada saat dimana Allah memberikan sesuatu justru setelah manusia mengikhlaskannya. Seolah Allah sedang menegur, permintaan tolong kepada selain-Nya tak ada artinya. “Untuk membuktikan bahwa Allah lah yang Maha Kuasa atas segala hal,” Ustadz Hermawan menegaskan. (RDL)

Qurban Tebar Cinta

Written By Unknown on Kamis, 09 Oktober 2014 | 14.44

PURWOKERTO, GamaisNewsBanteran, 5 oktober 2014 Gamais Unsoed kembali gelar agenda sosial yakni Qurban sebagai wujud tebar cinta terhadap sesama muslim.

Tahun ke tiga Gamais mengadakan agenda Qurban di Desa Banteran, dan alhamdulillah tahun ini mendapat 4 hewan hasil kepercayaan masyarakat kampus. Dimulai dari mahasiswa, alumni, donatur dan saudara-saudara muslim di luar Unsoed.

Kurang lebih satu bulan panitia menggalang dana mulai dari menjual stiker qurban, menyebar silinder infaq, menyebar pamflet-pamflet terhadap donatur  dan alhamdulillah terkumpul Rp 4.118.300,00. Dana tersebut kita alokasikan untuk membeli 2 ekor kambing dengan harga masing-masing kambing Rp 2.000.000,00  lalu sisanya Rp 118.300 kita masukan kedalam infaq Gamais untuk agenda sosial yang lain. Adapun dari mahasiswa dan saudara muslim di luar kampus yang menitipkan uang untuk qurban sendiri dan memberikan kepercayaan terhadap Gamais untuk mengelolanya.

Antusias masyarakat Desa Banteran dan kebahagiaan yang muncul inilah tujuan kita, menebar cinta. Karena  Allah memberikan amanah untuk mengelola kehidupan kepada manusia dan untuk menjemputnya harus didasari niat dan orientasi cinta yang tulus. Salah satu usaha napak tilas untuk mengukuhkan cinta kita kepada Allah adalah melalui qurban dengan segala dimensi filosofisnya, dan cermin aktor yang qurbannya diterima karena ketulusannya adalah Nabi Ibrahim,Siti Hajar, Ismail  ketiga aktor tersebut telah teruji dalam imannya.

Sahara gersang dan tandus kian memotivasi kegigihan Nabi Ibrahim dalam berujang dan menjadikan Siti Hajar menjadi wanita solihah kemudian melahirkan pemuda tangguh sepanjang masa yang dikenal dengan nama Ismail.

" Tiada suatu amal bagi anak adan yang lebih Allah cintai pada hari Idul Adha kecuali dengan menumpakan darah (berqurban)" (H.R Tirmidzi dari Aisyah)

Daging atau darah bintang apa pun yang disembelih dengan menyebut nama Allah itu tidak ada nilainya dihadapan Allah jika amalan tersebut tidak dilakukan karena Allah. Di sinilah, faktor-faktor pentingnya adalah niat baik dan keikhlasan kepada Allah saat menjalankan suatu perbuatan atau peribadatan kepada Allah. Karena itu, seorang manusia tidak akan meningkat kemuliaannya di mata Allah hanya karena amal, ibadah, sikap, dan kata-kata baiknya.

Tentu saja semua itu adalah perbuatan yang harus dilakukan seorang muslim sepanjang hidup mereka untuk mendapatkan balasan yang besar di hari pembalasan. Akan tetapi, faktor terpenting yang harus diperhatikan saat memenuhi semua perbuatan itu adalah tingkat kedekatan yang dirasakan seseorang dengan Allah.Yang penting bukanlah banyaknya perbuatan yang kita lakukan, melainkan bagaimana seseorang berpaling kepada Allah dengan kebersihan dan keikhlasan hati. (kajian Idul Adha Masjid Baiturrahman-Banteran)

Semoga Gamais selalu menebar cinta menuju cinta-Nya.
Jazakumullah.
(DG & SP)

Kita Tidak Bisa Menciptakan Uang, Uang Itu Kita Peroleh dari Kantong Orang Lain

Written By Unknown on Rabu, 17 September 2014 | 09.16

Apakah anda punya keahlian dalam memproduksi suatu barang? misalnya Kue kering atau kerajinan tangan. Setelah anda membuatnya coba anda masukan dalam kotak, setelah beberapa hari coba anda buka, apakah kue tersebut berubah jadi uang? Tentu saja tidak mungkin sama sekali, alias mustahil. Tukang sulap aja tidak bisa mengubahnya. Mereka juga cari duit, dengan cara melakukan pertunjukan sulap di jalanan atau di televisi.
Begitu pula dengan usaha bidang jasa. Misalnya anda bergerak dibidang jasa service komputer, lalu anda memperbaiki komputer anda sendiri. Kira-kira apakah ada orang yang akan membayar anda karena telah menyervice komputer sendiri? Jawabannya juga: pasti tidak. Kalau begitu, pertanyaannya kita ubah, “bagaimanakah produk atau jasa yang kita punya bisa berubah jadi uang?”
Jawabannya sudah pasti kita tahu, “Dengan menjual barang / jasa tersebut kepada orang lain”. Sudah kita maklumi, bahwa kita tidak bisa menciptakan uang. Karena, yang berwenang mencetaknya adalah lembaga tertentu. Kita juga tidak bisa membuat emas, ia hanya bisa diperoleh atau didulang dari tempat-tempat tertentu di muka bumi.
Kita hanya bisa berusaha membuat uang berpindah dari tangan orang lain masuk dalam kantong kita (tentunya dengan cara halal). Cara inilah yang disebut transaksi. Makin banyak orang yang kita kenal, makin banyak yang bisa diajak bertransaksi. Makin banyak transaksi, makin mengalir pula uang ke kocek kita. Maka sungguh cocok bila pembahasan hukum perdagangan dalam Islam disebut dengan fiqh muamalat, yaitu artinya, hukum Islam yang membahas hubungan aqad (interaksi) antara sesama manusia. Karena, praktek nyata ilmu tersebut terjadi berupa interaksi antara seorang idividu dengan orang lain. Yang dimulai dengan pembahasan interaksi dalam jual-beli. Tidak ada yang mau membuka usaha perdagangan di tengah hutan belantara. Siapa yang kita harapkan mau mendatangi tempat kita. Dikenal dan didatangi orang untuk berbelanja ke toko kita, itulah tujuan setiap pedagang.

Ada beberapa kiat yang bisa diterapkan untuk memperbanyak pelanggan, di antaranya:

Network
Memperbanyak kenalan, teman, sahabat dan kolega, inilah yang disebut-sebut oleh para motivator dengan sebutan “networking”, yaitu membuat jaringan / komunitas, atau masuk dalam komunitas yang telah ada. Karena hal itu akan menghasilkan banyak teman, juga makin banyak koneksi dan kolega, sehingga dengan mudah kita  perkenalkan produk atau jasa yang kita miliki kepada mereka untuk mereka manfaatkan.
Biasanya seorang teman akan mudah menjadi pelanggan dibandingkan seorang pelanggan yang akan menjadi teman. Bukankah tujuan mengiklankan barang agar banyak orang yang tahu? Biasanya, iklan dari kenalan lebih diperhatikan daripada iklan dari “orang asing.
Coba kita perhatikan, bila KFC atau Pizza Hut mengiklankan adanya sajian menu baru, pasti para “kenalannya” tidak akan curiga dengan kelezatannya, semua tertarik untuk mencicipinya.
Begitu pula para “kenalan” Iphone atau Blackberry, dengan setia mereka menunggu produk baru, walaupun produk tersebut tidak jauh beda dengan sebelumnya. Itu semua disebabkan mereka telah memiliki jaringan pelanggan yang setia.

Costumer oriented (orientasi mendapatkan pelanggan)
Bagi para pendatang baru di dunia bisnis, biasanya lebih terfokus bagaimana produknya bisa laku terjual, mendapatkan keuntungan pertama sebagai “penglaris”. Namun, terkadang lupa dengan kontinuitas usaha, sehingga produk tersendat di saat pelanggan sedang mencarinya; atau modal keburu habis di kala sudah mulai dikenal dan dicari pelanggan. Akhirnya akan menimbulkan kekecewaan dari pelanggan.
Hendaknya usaha lebih terfokus pada costumer oriented, bukan profit oriented Dengan cara:
1.      Kualitas dan kuantitas barang harus didahulukan, untuk memuaskan pelanggan.
2.      Walaupun keuntungan per item sedikit, tapi kalau pembelinya banyak kan kalkulasinya juga besar.

Memperkenalkan diri
Kendala pertama yang dimiliki oleh produk baru adalah “belum dikenal”. Ini sebenarnya bukan kendala, walaupun disebut dengan kendala, tapi toh kita sudah tahu solusinya, yaitu “memperkenalkan”. Kalau sudah terkenal, maka jangan heran kalau produk anda menjadi maskot dari produk sejenis. Buktinya, mungkin kita bisa tahu dari pasaran sekarang. Kalau ada yang mencari teh botol pasti yang terbayang adalah sosro; untuk air minum kemasan pasti orang menyebutnya “aqua”. Ini semua karena merekalah yang memperkenalkan pertama sekali dan sekarang punya kenalan yang sangat banyak. Namun, jangan hanya melihat bagaimana terkanalnya mereka sekarang, tapi lirik juga bagaimana pahit dan getirnya usaha mereka saat pertama memperkenalkan produk mereka. Pasti tidak jauh berbeda dengan yang anda rasakan.

Menjemput bola
Terkadang konsumen tahu suatu barang ada di toko ini, tapi untuk ke sana tidak ada waktu atau repot. Di sini lah kita punya kesempatan menjemput bola. Dengan memberi pelayanan lebih seperti antar jemput pelanggan.

Iklan dari jari ke jari
Mungkin dulu orang menyebutnya “iklan dari mulut ke mulut”, tapi sekarang bisa diungkapkan dengan “dari jari ke jari”. Karena, untuk zaman sekarang, dengan gerakan jari saja dengan mudah menyebarkan informasi ke seluruh dunia. Sosial media, itulah sarananya.
Mungkin pernah anda dengar atau mencicipi keripik pedas (berlevel) Maicih? Awal ia terkenal hanyalah berbekal pemberitahuan di dunia maya, medsos twitter. Hingga pada akhirnya ia terkenal di dunia nyata. Bila seorang public figur memuji produk kita, maka tunggu saja gelinding bola salju yang akan “menghantam” produk anda.

Apabila sudah terkenal
Ini yang lebih berat dari “perkenalan pertama”, yaitu mempertahankan image. Orang yang menggunakan produk / jasa kita bukanlah orang yang kena pelet sehingga bisa  disetir semaunya. Mereka punya mood dan selera, punya pilihan untuk mencari yang lebih bermanfaat. Jadi, mempertahankan kualitas setelah dikenal adalah faktor yang harus dititikberatkan oleh setiap produsen.

Semoga kita bisa segera memulai dan mengembangkan usaha yang akan atau sedang kita jalani. BERGERAK, BERINOVASI DAN BERPRODUKSI.

By: Departemen Kewirausahaan Gamais


Sumber:
http://pengusahamuslim.com

Berkolaborasi dengan Lazis Mafaza, Gamais Adakan Khitanan Massal

Written By Unknown on Sabtu, 21 Juni 2014 | 00.11

PURWOKERTO, GamaisNews—Gamais merupakan unit kegiatan mahasiswa kerohanian Islam Fakultas Pertanian Unsoed. Minggu, 15 juni 2014 menjadi hari sejarah bagi Gamais karena ini kali pertama mengadakan khitanan massal yang luar biasa, acara bisa berjalan dengan maksimal dengan bantuan banyak pihak. Departemen Syiar Gamais berkolaborasi dengan Lazis Mafaza dalam penyelenggaraan acara ini. Tema yang diusung yakni “Cinta Generasi Sholeh dan Sehat melalui Berbagi”, Merupakan wujud syiar dan kepedulian Gamais terhadap bakal generasi penerus dakwah.

Jumlah peserta terdaftar yakni 57 peserta yang berasal dari berbagai desa sekitar banyumas. Antusias yang tinggi dari warga dan peserta menjadi modal kami dalam menyelenggarakan acara ini, pendopo PKM pun dipenuhi dengan kegembiraan dan padatnya kendaraan orang tua atau wali dari peserta yang in syaa allah berkah dan bermanfaat bagi semua yang terlibat.

Pembukaan acara khitanan dimulai pukul 08.20 WIB di pendopo PKM Unsoed diisi dengan sambutan-sambutan dan pembacaan ayat suci al-quran serta dilanjut dengan simbolis pembukaan acara khitanan massal dengan gunting pita oleh perwakilan Lazis Mafaza yakni Bapak Syarif dengan bacaan basmallah acara khitanan massal dibuka, diikuti dengan bunyi ambulance dan diringi iring-iringan peserta dengan mengendarai mobil menuju klinik Mafaza untuk dilanjut acara hiburan dan dikhitan.

Acara yang diarahkan oleh Lasika Fatah sebagai koordinator lapangan mampu  menyulap kawasan Karangwangkal dan Grendeng heboh dan ramai dengan teriakan semangat dari peserta khitan massal. Menurutnya, ini program perdana Departement Syiar Gamais yang bekerjasama dengan Lazis Mafaza dalam  melejitkan syiar Islam, maka kami Gamais harus mampu bekerjasama dengan baik dan mengikuti ritme kerja dari  lembaga yang bersangkutan serta menunjukkan  totalitas kita sebagai kader dakwah.

Peserta khitanan massal menerima fasilitas yang memadai yakni pemberian baju koko, peci, sarung dan santunan serta pengobatan gratis bagi peserta yang ingin control setelah  khitan. Berbagai ekspresi peserta tergambar ketika mereka dikhitan dan setelah khitan. Ada yang menangis,  ketakutan, cengengesan, berani dan berbagai ekspresi lainnya hal itu lumrah terjadi.

Selain itu, bagi peserta yang menunggu antrian khitan tidak jenuh karena mereka menikmati motivasi dan hiburan oleh team acara. Sang motivator menanyakan cita-cita setiap peserta dan syarat mewujudkannya yakni, Syarat buat bisa jadi polisi, pilot, guru, bahkan presiden itu satu kuncinya, yaitu harus di? SUNAT (teriakan peserta khitan dengan menggempalkan tangan keatas). Dan manfaat dikhitan  itu tiada lain agar kita tidak ke? Kejepit (resleting) dan  kalo udah dikhitan  itu rasanya? plong.” Ujar  mas Ahmad dalam  memberikan  motivasinya.


Satu  persatu  peserta dikhitan hingga pukul 13.30 WIB acara berakhir ditutup oleh  MC.  Adapun ungkapan dan harapan dari salah satu wali peserta,“Alhamdulillah dengan adanya khitanan massal kami sangat terbantu dalam segalanya, bagi kami yang kurang mampu terasa lebih ringan, fasilitas yang disediakan sudah memadai. Semoga Lazis Mafaza dan Gamais tetap selalu bermanfaat dan berbagi bagi umat dan tetap berkarya fisabilillah, serta kami berharap Gamais dapat berbuat yang lebih baik lagi untuk meningkatkan karyanya dan mengadakan  kegiatan didaerah kami yang tertinggal yaitu Tanggeran Somagede-Banyumas.” (AY)

Sebuah Naturalitas Bukan Sekedar Pencitraan

Written By Unknown on Selasa, 03 Juni 2014 | 20.35

Oleh: Moh. Ega Elman Miska

(Ketua Umum Gamais 2011)


Dinamika bangsa akan terlihat jelas di mata rakyat bahwa permasalahan-permasalahan yang ada di bangsa ini lebih cenderung bagaimana pemimpinnya melihat dan menyelesaikannya. Namun, setting pada zaman abad 21 mampu menstimulus hingga munculnya karakter kepemimpinan yang bersesuaian, sebab kepemimpinan tidak hadir di ruang hampa, melainkan dalam sebuah konteks. Teringat pepatah arab yang mengatakan likulli marhalatin rijaluha wa likuli rijalin muwashafatuha, setiap zaman terdapat tokohnya dan setiap tokoh memiliki karakter yang sesuai dengan zamannya.

Kitapun tak dapat memungkiri selalu terbesit pertanyaan dalam hati. Apakah pemimpin saya akan mampu menghadapi masalah rakyatnya dengan segala daya juangnya ketika memimpin? Atau ia hanya bersusah payah menjaga singgahsana kekuasaan yang telah didudukinya. Kita dapat melihat bagaimana respon natural Nabi sulaiman terhadap perintah Ratu Semut pada rakyatnya (Q.S An-Naml (27:18)!.

“ Maka dia (sulaiman tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu….”(Q.S An-Naml (27:19).

Tidak mau kalah juga para pejabat PNS mencari sebuah pencitraan dengan gaya jas mentereng, rambut klimis tapi tak berkumis. Apakah bangsa ini suka dengan pencitraan dibandingkan sebuah naturalitas yang berorientasi pada kualitas diri untuk memimpin diri dan memimpin bangsa ini?

Kisah Nabi sulaiman menggambarkan bahwa ini adalah refleksi seorang pemimpin yang tidah membutuhkan pencitraan. Dia tersenyum dan tertawa  lepas tanpa beban. Bisa kita bayangkan seorang pemimpin besar saat melakukan perjalanan dengan armada besarnya kemudian melihat percakapan seorang ratu semut sedang berdialog dengan kaumnya. Bisa diduga bahwa orang lain akan tertegun memperhatikan perilaku Nabi Sulaiman yang mengamati interaksi binatang kecil itu. Tiba-tiba Nabi Sulaiman tertawa lepas. Lalu Nabi pun berdoa:

“ Rabbku, ilhamkanlah kepadaku untuk mensyukuri kenikmatan yang telah engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku beramal shaleh yang engkau ridhai, dan masukkanlah aku atas rahmatMu kedalam golongan hamba-hambamMu yang shaleh (Q.S An-Naml (27:19).

Naturalitas itu sangat penting bagi seorang pemimpin. Dia tampil menjadi pemimpin apa adanya dan sangat menikmati keunikan darinya tidak terbebani oleh penilaian orang lain atau bawahannya. Ia tampil sebagai orang yang bersyukur atas keunikan yang diberikan Allah kepadanya. Karena itu sebuah ongkos naturalitas ini jauh lebih murah ketimbang sebuah pencitraan yang zaman sekarang begitu massif dilakukan para pemimpin yang tidak sejati.

Kesejatian pemimpin terletak pada keasliaanya yang natural, bukan image yang dipaksakan kepada kepala orang lain. Kesejatian itu murah sedangkan pencitraan itu mahal dan dramatis. “Gue apa adanya, yang lain bersandiwara” mungkin kata ini lebih tepat untuk seorang pemimpin sejati. Pencari Imagologi (pencitraan) ini akan terlihat dari segi kinerja atau bahkan kualtias dari kesejatiaan seorang pemimpin. Para pemimpin sejati tampil sebagai manusia seutuhnya. Sedangkan para pemimpin rekaan tampil kaku dan penuh pertimbangan atas penilaian orang lain. Kesejatianlah yang kelak akan didukung orang, bukan orang mendukung karena sebuah pencitraan. Karena kesejatian lawanya adalah kepalsuan.

Pemimpin sejati sangat memahami  arti kekuasaan  sesungguhnya. Kekuasaan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sedangkan pemimpin yang palsu dianggap dirinya berkuasa tapi sesungguhnya disetir oleh para industri imagologi yang mencari untung besar hingga kesejahteraan itu mengalir disekitar penguasa dan tidak sampai kepada rakyatnya. Yang sampai pada rakyatnya adalah image, bukan kesejahteraan yang sejati.

Kisah Nabi Sulaiman akan menjadi cermin para calon-calon pemimpin bangsa ini, sebagaimana mestinya seorang pemimpin mensejahterahkan rakyatnya dengan naturalitasnya bukan karena pencitraan dirinya saja. Rakyat akan merasakan kesejahteraan dari pemimpinnya. Disisi lain, ayat tentang tersenyum dan tertawa ini menarik jika dielaborasi lebih lanjut. Ekspresi senyum dan tertawa adalah dari fungsi  aktivitas otak kanan. Otak kanan memiliki peran yang lebih ringan, kreatif, inovatif.

Menjadi pemimpin sejati, ia harus mampu mengkombinasikan kecerdasan yang dimiliki oleh otak kanan dan otak kirinya. Bukan berjalan tidak seimbang. Kedua belahan ini akan berjalan selaras dengan apa yang dilakukan seorang pemimpin. Kita refleksikan kisah Nabi Sulaiman dari pesta demokrasi yang saat ini kursi kekuasaan diperebutkan oleh para pemimpin yang naturalitas atau para pemimipin imagologi.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Gamais Faperta UNSOED - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger