Slider
Latest Post
16.20
Pingin Jalin Pertemanan, Eeeh Malah…?!?
Written By Unknown on Rabu, 04 Maret 2015 | 16.20
Memang benar, melakukan sesuatu
hal haruslah dipikirkan dan dilakukan dengan cara yang tepat. Agar tak menjadi
malapetaka. Alkisah, siswi SMP yang rajin, ceria dan lemah lembut bernama Mila
beserta sahabatnya Eva bertemu dengan teman laki-lakinya dari kelas 8 D. Mereka
tidak saling kenal, namun Mila dengan sok kenal memanggil dia.
“ Hai Juki…” sapa Ina. Juki hanya
tersenyum sembari melihat kearah Mila yang naik sepeda. Juki memiliki perawakan
yang gemuk, agak “tulalit” dengan gigi yang tonggos.
Tak bemaksud apa-apa selain menjalin
pertemanan, untuk itulah Mila melakukan hal tersebut setiap kali bertemu dengan
Juki, tak berbeda saat ia bertemu dengan
temannya yang lain. Ternyata hal tersebut disalah artikan oleh Juki. Bak orang
yang lagi kasmaran, juki menghujani Mila dengan sms-sms nya yang tanpa spasi,
tulis lengkap tanpa singkatan, apel… Eeeuuh…
“Mila, nanti aku main ke rumah
kamu ya.. bla bla bla“ Ucap Juki sambil naik sepeda membuntuti Mila yang sedang
bersepeda bersama Eva. Siang itu tepat jam 13.30 WIB dimana Mila dan Eva hendak
pulang kerumah. Mila hanya diam tak berani menjawab apa-apa. Takut, gemetar,
sebel merasuki dirinya. Ia tak ingin melihat wajahya, pedal sepedapun dikayuh
dengan secepat-cepatnya, sekencang-kencangnya.
Setelah Juki pergi, Mila tak
hendak pulang kerumah. Ia takut kalau hal itu terjadi. “ Eva, aku kerumah
mbahku ya, aku gak jadi pulang kerumah “ ucap Mila. “Oh,, iya. Tapi nanti ada
drumband, kamu berangkatkan?” Sahut Eva. “Iya nanti kita berangkat bareng
ya..”.
Jam sudah menunjukan angka 15. 00
WIB, saatnya Mila pamit kepada mbahnya dan berangkat ekskul drumband.
“Assalamu’alaikum… “ salam Mila
kepada ibunya yang langsung diruntut dengan cerita mengerikannya. Seumur-umur
baru kali itu ia dikejar-kejar orang. Tak lama ia masuk kerumah, Juki benar-benar
datang bersama temannya.
“Mila-nya lagi pergi, dia tadi
pergi sama temen laki-lakinya.. “ kata ibu Mila kepada juki. Mila hanya
mengintip dari jendela rumah dengan jantung deg-degan. Ia tak berani menemui
Juki. Dengan wajah kecewa, Juki pergi bersama temannya.
Alhamdulillah,, itulah yang Mila
rasakan. Rasanya begitu melegakan ia tak harus menemui Juki. Pasalnya ini
bukanlah kali pertama melainkan kali kedua Juki main kerumh Mila. Mila pun
berangkat drumband dengan was-was, khawatir kalau kejadian tadi berulang
kembali.
Semenjak kejadian itu, Mila takut
kepada Juki. Rasanya tak hendak bertemu, menyapa atau melihat wajahnya. Ia
benar-benar berpura-pura tidak melihat ketika papasan dengan Juki.
Satu hal yang dapat dijadikan
pelajaran adalah respon seseorang terhadap sesuatu hal berbeda-beda. Tak jarang
maksud yang sebenarnya kita inginkan, tidak mampu tersampaikan secara sempurna.
Ekspresikan perasaan atau emosi
kita dengan sebaik-baiknya dan sewajar-wajarnya.
Be a muslimah calm, smart and
friendly…
#Sayyidatina
Fatimah
Departemen Keputerian 2014
Label:
CERPEN
16.12
Habis Galau Terbitlah Tenang
Kata galau jelas sudah menjadi kata yang sudah menjalar bebas di setiap
lidah para makhluk-makhluk hidup (iya lah) . lalu apa yang harusnya
dilakukan jika galau sudah menjadi-jadi dan virus-virusnya sudah semerbak?, dan
apa penyebab galau? Serta apa dong obatnya?
Kawan, dalam
Al-Quran pada pertengahan surah al-Ma’arij ayat 19 sampai 35 ditegaskan, bahwa “sesungguhnya manusia
itu diciptakan bersifat galau lagi keluh kesah, kecuali sembilan golongan,
yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat, orang-orang yang terhadap hartanya
telah disediakan bagian tertentu (zakat) atau hak yang telah ditetapkan untuk
orang-orang miskin, baik yang meminta atau pun yang tidak meminta, orang-orang
yang meyakini hari kiamat, orang-orang yang takut terhadap azab Allah,
orang-orang yang memelihara kemaluannya dari perbuatan keji, orang-orang yang
mampu menjaga dan menunaikan amanat dan janji-janjinya, orang-orang yang
memberikan kesaksiaannya dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itulah golongan penghuni surga lagi di muliakan”.
(QS. Al-Ma’arij).
Galau ataupun
gelisah bisa dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Biasanya nih penyebab kondisi mentalitas ini yakni oleh
faktor-faktor tertentu, di antaranya yakni ketidakberdayaan
menanggung beban hidup, kegagalan, tekanan eksternal dan permasalahan berat
lain yang menerpanya (serem bangett dah ). Dengan sangat jelas ada efek dari kondisi ini biasanya ialah
timbulnya gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan, terutama kesehatan
jiwa (ihhhhh..).
Sebuah kajian
tentang kesehatan jiwa pernah menyebutkan, dari populasi orang dewasa di
Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa
mengalami gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. (Republika.co.id)
Dalam kajian ilmiah pula, para pakar kedokteran pun mempunyai kesimpulan tersendiri yakni bahwa obat
mujarab untuk mengobati penyakit gelisah ini yakni
bermuara kepada keimanan (emang iman nomor one)
Coba kita artikan kata GALAU eaahh.. galau adalah
kata yang sangat popular akhir-akhir ini terutama dikalangan muda generasi
bangsa INDONESIA (hee). Semua telah
terjangkit syndrom, sebuah kata yang menandakan seseorang
tengah dilanda sebuah rasa kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran,
gandah gulana serta kesedihan pada jiwanya lalu pemikirannya. Herannya nihh bro and
sist
banyak orang yang bangga (pake banget) mengatakan
dirinya sedang galau. Entah itu pejabat, pegawai, buruh, pengangguran, kaya,
miskin, tua, muda, pelajar ataupun santri telah latah mengkampanyekan ‘galau’
di negeri kita ini bisa terlihat dalam dunia sosial media.
Keraguan
akan senantiasa menghantui hidup manusia apabila pikirannya dibiarkan tergonjang-ganjing oleh keberadaan permasalahan
hidup. Apalagi keyakinannya pada keberadaan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai
penolong masih terjebak dalam ritual adat-istiadat semata, sehingga berhala
menjadi tempat pengaduannya. Fenomena tersebut begitu jelas di depan mata kita
dan terjadi pada sebagian besar umat Islam. Kesibukkan dan rutinitas menjebak
mereka yang merasa ‘galau’ untuk mengambil langkah pragmatis dalam penyelesaian
problema hidup.
Pada dasarnya,
manusia adalah sosok makhluk yang lemah dan bergelimang dosa. Wajar ajah jika disebut sebagai makhluk yang paling sering
dilanda kecemasan, apalagi ketika dihadapkan pada permasalahan hidup. Inilah
fitrah bagi setiap insan yang memiliki akal pikiran dan tidak perlu dirisaukan
karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan penawarnya. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat ke 28 yang
artinya :
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.”
Orang yang
senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala dalam segala hal yang
dikerjakannya, tentu akan memiliki dorongan positif pada diri dan jiwanya.
Karena dengan mengingat Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi segala
persoalan, dijamin pikirannya akan cerah dan bijak serta jiwanya diselimuti
ketenangan akan datangnya bantuan Allah Subhanahu Wata’ala. Dan sudah merupakan
janji Allah Subhanahu Wata’ala Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka
didalam hatinya pastilah terisi dengan ketentraman-ketentraman yang tidak bisa
didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
Orang yang galau
itu orang yang tak mampu memahami bahwa
masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi
Allah. Bagai seseorang yang akan meraih gelar sarjana maka pasti akan diuji
terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut,
maka ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan.
Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan
dengan kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya,
maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin
besar angin yang menerpanya (asiiikkk).
Tau gak Orang
yang sedang galau itu orang yang tak mampu bersabar atas
ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita,
mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan
masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan
dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah
dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar.
Oleh karena itu
kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan
keluar bagi hati yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi
dengan Al Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena
itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya terserang
‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau mendengarkan dan membaca Al
Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung mengobati kegalauan lewat status curhat
di Facebook dan Twitter atau bahkan friendster (aha jadul banget) mendengarkan
musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan sumber kegalauan yang
cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau, yang tidak galau menjadi galau juga (haha).
Dengan demikian,
kita tak perlu lagi resah dan gelisah akan perasaan galau
yang merajut kehidupan
kita, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena
galau itu tak sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni
kehidupan jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita
mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap kegalauan
kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah sebutkan dalam
firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28).
Terkhusus umat
Islam, jika benar-benar menjalankan dan mengindahkan semua syari’at yang telah
dibawa Rasulullah, sudah barang tentu kejayaan umat peradaban akan kembali
mewarnai dunia ini. Sejarah peradaban Islam telah membuktikan bahwa tidak ada
istilah ‘galau’ pada umat manusia ketika aturan-aturan Allah Subhanahu Wata’ala
ditegakkan di atas bumi ini. Artinya, Islam
adalah ajaran yang menentang ‘galau’ karena syari’at Islam adalah rahmatan lil
‘alamin.
Nih kawan gue kasih
tau bahwa ada Ayat-ayat penawar galau yakni :
Ayat
pertama, berserah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Kita sangat dituntut untuk memiliki semangat bekerja keras, namun apapun
hasilnya harus diserahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana
telah berfirman Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.“ (QS: al Insyirah: 7-8).
Dengan berserah kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, kita akan melakukan apapun dengan ketenangan dan kenyamanan bathin
karena ada jaminan Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memelihara
ciptaan-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya:
“Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan
ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq : 3).
Ayat
kedua, bersabar karena Allah Subhanahu Wata’ala.
Bersabar disini bukan berarti menunggu dan pasrah begitu saja, sabar dalam
artian menerima takdir Allah Subhanahu Wata’ala sebagai yang terbaik dan
senantiasa mempersiapkan diri untuk melakukan yang terbaik pula. Allah
Subhanahu Wata’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 200 yang artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
Subhanahu Wata’ala, supaya kamu beruntung.”
Ayat
ketiga, berteguh hati dan fikiran. Flash-back
terkait makna ‘galau’ jika dipahami keresahan hati, maka kita sebagai umat
Islam harus memiliki keteguhan hati dan fikiran bahwa Allah Subhanahu Wata’ala
telah mengatur semesta alam ini. Jadi, tidak ada lagi kebimbangan mau jadi apa
dan kemana masa depan kita, yang penting lakukanlah apa yang terbaik yang dapat
dilakukan. Berikut Allah Subhanahu Wata’ala yang artinya :
“Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah Subhanahu Wata’ala) Yang Mengetahui akan yang ghaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)
Ayat
keempat, sedih dilarang Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagai umat
Islam, kita harus merasa beruntung dalam berbagai hal kehidupan. Karena Islam
telah merangkum aturan hidup manusia hingga akhir zaman, dan tidak sepatutnya
seorang hamba Allah Subhanahu Wata’ala bersedih kecuali sedih karena dosanya.
Allah Subhanahu Wata’ala memotivasi kita dalam firman-Nya yang artinya:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah Subhanahu Wata’ala bersama kami.” (QS. At Taubah: 40)
Ayat
kelima, menghadap Allah Subhanahu Wata’ala. Adukanlah
semua permasalahan kepada Allah Subhanahu Wata’ala karena pasti Allah Subhanahu
Wata’ala mempunyai semua solusinya. Sangat wajar jika kita menemui masalah
dalam menjalani kehidupan ini, namun jangan pernah mundur atau takluk pada
permaslahan itu. Allah Subhanahu Wata’ala sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam
ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya
kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al Fatihah 5).
Jadi, umat islam harus
senantiasa menkolerasikan antara kehidupan dengan berlandaskan pada al-qur’an
agar selalu mendayuh melodi kehidupan dengan alunan syair ayat-ayat al-qur’an
tersebut. Gak usah lagi deh ngomong ‘galau’ jika
itu berimbas pada perilaku kalian yang kemudian akan menduakan Allah. Al-Quran dan As-Sunnah telah disempurnakan dalam
merangkum aturan hidup manusia, sehingga tiada lagi problematika hidup jika
kita bersandar pada sang pencipta kehidupan. Dan Islam pernah membuktikan dalam
berabad-abad lamanya, yakni mampu memakmurkan kehidupan makhluk di jagat raya
ini.
#Sonari Pauziah
Agribisnis 2011
Departemen Syiar 2014
Label:
ARTIKEL
17.35
Man Jadda Wajada: Totalitas Usaha dan Totalitas Kepasrahan
Written By Unknown on Sabtu, 22 November 2014 | 17.35
PURWOKERTO, GamaisNews—Kekuatan kita sebagai seorang
muslim, terletak pada totalitas kepasrahan kepada Allah. Dan totalitas
kepasrahan kepada Allah, yakni tawakal, terletak pada totalitas usaha.
Demikian ungkap Ustadz Hermawan memaknai lafadz man jadda wajada dalam Kajian Yuk Mengenal Islam (YUMI) Gamais, Jumat (10/10) di Masjid HR. Boenyamin Fakultas Pertanian Unsoed. “Tawakal bisa maksimal, jika usahanya juga maksimal,” tegasnya.
Demikian ungkap Ustadz Hermawan memaknai lafadz man jadda wajada dalam Kajian Yuk Mengenal Islam (YUMI) Gamais, Jumat (10/10) di Masjid HR. Boenyamin Fakultas Pertanian Unsoed. “Tawakal bisa maksimal, jika usahanya juga maksimal,” tegasnya.
Lafadz man jadda
wajada yang berarti “barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan
berhasil”, hanya peribahasa. Meski demikian, Ustadz Hermawan mengatakan,
setidaknya ini bisa menyemangati kita dan memandangnya dari sudut pandang
sebagai seorang muslim.
“Maka untuk mengiringi semangat bersungguh-sungguh ini, kita sebagai muslim kan disuruh untuk bersungguh-sungguh dalam segala hal. Maka kita harus mengikutinya dengan tawakal kepada Allah SWT,” jelasnya.
“Maka untuk mengiringi semangat bersungguh-sungguh ini, kita sebagai muslim kan disuruh untuk bersungguh-sungguh dalam segala hal. Maka kita harus mengikutinya dengan tawakal kepada Allah SWT,” jelasnya.
Pernyataan itu berimplikasi bahwa sehebat-hebatnya dan
secerdas-cerdasnya berusaha, namun ketetapan segala sesuatu tetap berada di
tangan Allah SWT. Namun, bukan berarti manusia hanya pasrah menunggu hasil
tanpa melakukan usaha. Sebab, dalam Q.S. Ar-Ra'd: 11, Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa-apa yang pada diri mereka.”
Karena itu, Ustadz Hermawan melanjutkan, harus dikaitkan
antara seluruh usaha dengan takdir atau dengan keputusan Allah SWT. Keduanya,
harus berjalan selaras, tidak ada tawakal tanpa usaha dan jika tidak ada usaha
berarti tidak tawakal.
Patut menjadi catatan, bahwa tidak disebut tawakal
jika hanya berdoa kepada Allah SWT dengan pasrah yang tanpa diiringi usaha. “Itu
namanya menuntut Allah memberikan sesuatu yang tidak kita usahakan,” ujarnya.
Untuk bertawakal kepada Allah SWT, maka tidak lain
yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong diri, menyemangati diri,
memaksimalkan diri untuk segera berbuat, segera beramal, segera melakukan
sesuatu dengan total agar kemudian bisa bertawakal kepada Allah.
“Ini adalah dua hal yang harus senantiasa kita pegang, usaha yang keras di satu sisi, dan di sisi yang lain juga kepasrahan yang penuh kepada Allah,” Ustadz Hermawan menegaskan.
“Ini adalah dua hal yang harus senantiasa kita pegang, usaha yang keras di satu sisi, dan di sisi yang lain juga kepasrahan yang penuh kepada Allah,” Ustadz Hermawan menegaskan.
Keteladanan
Syekh Ahmad Yasin
Sebuah kisah luar biasa berkaitan dengan man jadda wajada datang dari seorang
Syekh Ahmad Yasin. Ia adalah seorang tokoh perjuangan Palestina yang kemudian
harus berhadapan dengan helicopter APACE milik Israel. Ia lumpuh, sudah tua dan
berada di atas kursi roda. Namun, untuk menghadapinya, Israel memerlukan banyak
tentara dan helicopter.
Saat berusia 16 tahun, sebagaimana anak-anak Palestina
pada umumnya, Syekh Ahmad Yasin sudah mempunyai semangat luar biasa untuk
membebaskan tanah airnya dari penjajahan zionis Israel. Ia saat itu belum
lumpuh.
Semangat dan kesiapan Syekh Ahmad Yasin untuk berjuang
melawan penjajahan Israel pun harus diuji, yakni pada saat ia hendak menjadi
bagian dari perjuangan Brigade Izzudin al Qosam. Ia beserta anak-anak Palestina
lainnya pun mencoba menguji sejauh mana kesiapan dan kekuatan mereka melalui
sebuah permainan yang disebut head stand,
berdiri dengan menggunakan kepala.
“Untuk menunjukkan bahwa mereka kuat dan siap mendaftar Brigade Izzudin al Qosam,” ujar stadz Hermawan menjelaskan. “Karena di samping hafalan Quran-nya harus banyak, kekuatan fisik mereka juga harus bagus.”
“Untuk menunjukkan bahwa mereka kuat dan siap mendaftar Brigade Izzudin al Qosam,” ujar stadz Hermawan menjelaskan. “Karena di samping hafalan Quran-nya harus banyak, kekuatan fisik mereka juga harus bagus.”
Syekh Ahmad Yasin saat itu menjadi peserta lomba head stand yang harus adu kuat dengan
anak-anak Palestina lainnya. Ia yang memang mempunyai tekad kuat untuk siap
berjuang, mampu bertahan lebih lama dalam kondisi head stand dibanding yang lain.
Namun, selang beberapa waktu, ia mengalami hilang
kesadaran. Allah memberikan ujian kepadanya, yakni kaki yang tidak bisa
digerakkan. Itu menjadi awal mula kelumpuhannya. Akan tetapi, yang terjadi
adalah ujian, tekad, semangat, cita-cita untuk membebaskan Palestina itu tidak
pernah padam dari diri Ahmad Yasin. Ahmad Yasin kemudian memilih untuk
memperdalam ilmu agama dan kemudian menjadi guru sekolah dasar dalam kondisinya
yang lumpuh.
Tapi, dari orang tua yang lumpuh ini kemudian
anak-anak Palestina terbakar semangatnya. Jika Ahmad Yasin menyampaikan materi,
menyampaikan hal-hal yang benar tentang agama, tentang akhlak atau tentang
apapun maka murid-muridnya itu begitu bersemangat untuk melaksanakannya.
Padahal, Ahmad Yasin bukanlah seorang orator yang handal, apalagi sampai berekspresi, gerakannya sangat terbatas. Tapi, ruh yang mewarnai setiap ucapannya, membuat anak-anak Palestina yang dibawah asuhannya menjadi bersemangat.
Padahal, Ahmad Yasin bukanlah seorang orator yang handal, apalagi sampai berekspresi, gerakannya sangat terbatas. Tapi, ruh yang mewarnai setiap ucapannya, membuat anak-anak Palestina yang dibawah asuhannya menjadi bersemangat.
“Jadi, dalam kondisi yang lumpuh seperti itu, ternyata
mimpi, harapan dan cita-cita tetap dijaga oleh seorang Ahmad Yasin. Itu
menginspirasi banyak orang, kemudian pemuda-pemuda Palestina menjadi luar biasa
dan akhirnya melalui Hamas, melalui Brigadir Izzudin al Qasam, mereka melakukan
perlawanan yang tidak pernah berhenti sampai sekarang,” ujar Ustadz Hermawan.
Kepasrahan penuh kepada Allah setelah berusaha secara
total menjadi penting. Sebab itu menunjukkan, seberapa besar keikhlasan akan hasil apapun yang diperoleh setelah melakukan segala usaha. Ada saat dimana
Allah memberikan sesuatu justru setelah manusia mengikhlaskannya. Seolah Allah sedang
menegur, permintaan tolong kepada selain-Nya tak ada artinya. “Untuk membuktikan
bahwa Allah lah yang Maha Kuasa atas segala hal,” Ustadz Hermawan menegaskan. (RDL)
Label:
BERITA
14.44
Qurban Tebar Cinta
Written By Unknown on Kamis, 09 Oktober 2014 | 14.44
PURWOKERTO, GamaisNews—Banteran, 5 oktober 2014 Gamais Unsoed kembali gelar agenda sosial yakni
Qurban sebagai wujud tebar cinta terhadap sesama muslim.
Tahun ke
tiga Gamais mengadakan agenda Qurban di Desa Banteran, dan alhamdulillah tahun ini mendapat 4 hewan hasil
kepercayaan masyarakat kampus. Dimulai dari mahasiswa, alumni, donatur dan
saudara-saudara muslim di luar Unsoed.
Kurang lebih satu bulan panitia menggalang dana mulai dari menjual stiker
qurban, menyebar silinder infaq, menyebar pamflet-pamflet terhadap donatur dan alhamdulillah terkumpul Rp 4.118.300,00.
Dana tersebut kita alokasikan untuk membeli 2 ekor kambing dengan harga
masing-masing kambing Rp 2.000.000,00
lalu sisanya Rp 118.300 kita masukan kedalam infaq Gamais untuk agenda
sosial yang lain. Adapun dari mahasiswa dan saudara muslim di luar kampus yang menitipkan uang untuk qurban sendiri dan memberikan
kepercayaan terhadap Gamais untuk mengelolanya.
Antusias masyarakat Desa Banteran dan kebahagiaan yang muncul inilah tujuan
kita, menebar cinta. Karena Allah memberikan
amanah untuk mengelola kehidupan kepada manusia dan untuk menjemputnya harus
didasari niat dan orientasi cinta yang tulus. Salah
satu usaha napak tilas untuk mengukuhkan cinta kita kepada Allah adalah melalui
qurban dengan segala dimensi filosofisnya, dan cermin aktor yang qurbannya
diterima karena ketulusannya adalah Nabi Ibrahim,Siti Hajar, Ismail
ketiga aktor tersebut telah teruji dalam imannya.
Sahara gersang
dan tandus kian memotivasi kegigihan Nabi Ibrahim dalam berujang dan menjadikan
Siti Hajar menjadi wanita solihah kemudian melahirkan pemuda tangguh sepanjang
masa yang dikenal dengan nama Ismail.
" Tiada suatu amal
bagi anak adan yang lebih Allah cintai pada hari Idul Adha kecuali dengan
menumpakan darah (berqurban)" (H.R Tirmidzi dari Aisyah)
Daging atau darah bintang apa pun yang disembelih
dengan menyebut nama Allah itu tidak ada nilainya dihadapan Allah jika amalan tersebut
tidak dilakukan karena Allah. Di sinilah, faktor-faktor pentingnya adalah
niat baik dan keikhlasan kepada Allah saat menjalankan suatu perbuatan atau
peribadatan kepada Allah. Karena itu, seorang manusia tidak akan meningkat
kemuliaannya di mata Allah hanya karena amal, ibadah,
sikap, dan kata-kata baiknya.
Tentu saja semua itu adalah perbuatan yang harus
dilakukan seorang muslim sepanjang hidup mereka untuk mendapatkan balasan yang
besar di hari pembalasan. Akan tetapi, faktor
terpenting yang harus diperhatikan saat memenuhi semua perbuatan itu adalah
tingkat kedekatan yang dirasakan seseorang dengan Allah.Yang penting bukanlah
banyaknya perbuatan yang kita lakukan, melainkan bagaimana seseorang berpaling
kepada Allah dengan kebersihan dan keikhlasan hati. (kajian Idul Adha Masjid Baiturrahman-Banteran)
Semoga Gamais selalu menebar cinta menuju cinta-Nya.
Jazakumullah.
(DG & SP)
Label:
BERITA
09.16
Kita Tidak Bisa Menciptakan Uang, Uang Itu Kita Peroleh dari Kantong Orang Lain
Written By Unknown on Rabu, 17 September 2014 | 09.16
Apakah anda punya
keahlian dalam memproduksi suatu barang? misalnya Kue kering atau kerajinan
tangan. Setelah anda membuatnya coba anda masukan dalam kotak, setelah beberapa
hari coba anda buka, apakah kue tersebut berubah jadi uang? Tentu saja tidak
mungkin sama sekali, alias mustahil. Tukang sulap aja tidak bisa mengubahnya.
Mereka juga cari duit, dengan cara melakukan pertunjukan sulap di jalanan atau
di televisi.
Begitu pula dengan
usaha bidang jasa. Misalnya anda bergerak dibidang jasa service komputer, lalu
anda memperbaiki komputer anda sendiri. Kira-kira apakah ada orang yang akan
membayar anda karena telah menyervice komputer sendiri? Jawabannya juga: pasti tidak.
Kalau begitu, pertanyaannya kita ubah, “bagaimanakah produk atau jasa yang kita
punya bisa berubah jadi uang?”
Jawabannya sudah pasti
kita tahu, “Dengan menjual barang / jasa tersebut kepada orang lain”. Sudah
kita maklumi, bahwa kita tidak bisa menciptakan uang. Karena, yang berwenang
mencetaknya adalah lembaga tertentu. Kita juga tidak bisa membuat emas, ia
hanya bisa diperoleh atau didulang dari tempat-tempat tertentu di muka bumi.
Kita hanya bisa
berusaha membuat uang berpindah dari tangan orang lain masuk dalam kantong kita
(tentunya dengan cara halal). Cara inilah yang disebut transaksi. Makin banyak
orang yang kita kenal, makin banyak yang bisa diajak bertransaksi. Makin banyak
transaksi, makin mengalir pula uang ke kocek kita. Maka sungguh cocok bila
pembahasan hukum perdagangan dalam Islam disebut dengan fiqh muamalat, yaitu
artinya, hukum Islam yang membahas hubungan aqad (interaksi) antara sesama
manusia. Karena, praktek nyata ilmu tersebut terjadi berupa interaksi antara
seorang idividu dengan orang lain. Yang dimulai dengan pembahasan interaksi
dalam jual-beli. Tidak ada yang mau membuka usaha perdagangan di tengah hutan
belantara. Siapa yang kita harapkan mau mendatangi tempat kita. Dikenal dan
didatangi orang untuk berbelanja ke toko kita, itulah tujuan setiap pedagang.
Ada beberapa kiat yang bisa diterapkan untuk memperbanyak
pelanggan, di antaranya:
Network
Memperbanyak kenalan,
teman, sahabat dan kolega, inilah yang disebut-sebut oleh para motivator dengan
sebutan “networking”, yaitu membuat jaringan / komunitas, atau masuk
dalam komunitas yang telah ada. Karena hal itu akan menghasilkan banyak teman,
juga makin banyak koneksi dan kolega, sehingga dengan mudah kita
perkenalkan produk atau jasa yang kita miliki kepada mereka untuk mereka
manfaatkan.
Biasanya seorang teman
akan mudah menjadi pelanggan dibandingkan seorang pelanggan yang akan menjadi
teman. Bukankah tujuan mengiklankan barang agar banyak orang yang tahu?
Biasanya, iklan dari kenalan lebih diperhatikan daripada iklan dari “orang
asing.
Coba kita perhatikan, bila KFC atau Pizza Hut mengiklankan
adanya sajian menu baru, pasti para “kenalannya” tidak akan curiga dengan
kelezatannya, semua tertarik untuk mencicipinya.
Begitu pula para “kenalan” Iphone atau Blackberry, dengan setia
mereka menunggu produk baru, walaupun produk tersebut tidak jauh beda dengan
sebelumnya. Itu semua disebabkan mereka telah memiliki jaringan pelanggan yang
setia.
Costumer oriented (orientasi mendapatkan
pelanggan)
Bagi para pendatang
baru di dunia bisnis, biasanya lebih terfokus bagaimana produknya bisa laku
terjual, mendapatkan keuntungan pertama sebagai “penglaris”. Namun, terkadang
lupa dengan kontinuitas usaha, sehingga produk tersendat di
saat pelanggan sedang mencarinya; atau modal keburu habis di kala sudah mulai
dikenal dan dicari pelanggan. Akhirnya akan menimbulkan kekecewaan dari
pelanggan.
Hendaknya usaha lebih terfokus pada costumer oriented,
bukan profit oriented Dengan cara:
1.
Kualitas dan kuantitas barang harus didahulukan, untuk memuaskan
pelanggan.
2.
Walaupun keuntungan per item sedikit, tapi kalau pembelinya
banyak kan kalkulasinya juga besar.
Memperkenalkan diri
Kendala pertama yang
dimiliki oleh produk baru adalah “belum dikenal”. Ini sebenarnya bukan kendala,
walaupun disebut dengan kendala, tapi toh kita sudah tahu solusinya, yaitu
“memperkenalkan”. Kalau sudah terkenal, maka jangan heran kalau produk anda
menjadi maskot dari produk sejenis. Buktinya, mungkin kita bisa tahu dari
pasaran sekarang. Kalau ada yang mencari teh botol pasti yang terbayang adalah
sosro; untuk air minum kemasan pasti orang menyebutnya “aqua”. Ini semua karena
merekalah yang memperkenalkan pertama sekali dan sekarang punya kenalan yang
sangat banyak. Namun, jangan hanya melihat bagaimana terkanalnya mereka
sekarang, tapi lirik juga bagaimana pahit dan getirnya usaha mereka saat
pertama memperkenalkan produk mereka. Pasti tidak jauh berbeda dengan yang anda
rasakan.
Menjemput bola
Terkadang konsumen
tahu suatu barang ada di toko ini, tapi untuk ke sana tidak ada waktu atau
repot. Di sini lah kita punya kesempatan menjemput bola. Dengan memberi
pelayanan lebih seperti antar jemput pelanggan.
Iklan dari jari ke jari
Mungkin dulu orang
menyebutnya “iklan dari mulut ke mulut”, tapi sekarang bisa diungkapkan dengan
“dari jari ke jari”. Karena, untuk zaman sekarang, dengan gerakan jari saja
dengan mudah menyebarkan informasi ke seluruh dunia. Sosial media, itulah
sarananya.
Mungkin pernah anda dengar atau mencicipi keripik pedas
(berlevel) Maicih? Awal ia terkenal hanyalah berbekal pemberitahuan di dunia
maya, medsos twitter. Hingga pada akhirnya ia terkenal di dunia nyata. Bila
seorang public figur memuji produk kita, maka tunggu saja gelinding bola salju
yang akan “menghantam” produk anda.
Apabila sudah terkenal
Ini yang lebih berat
dari “perkenalan pertama”, yaitu mempertahankan image. Orang yang menggunakan
produk / jasa kita bukanlah orang yang kena pelet sehingga bisa disetir
semaunya. Mereka punya mood dan selera, punya pilihan untuk mencari yang lebih
bermanfaat. Jadi, mempertahankan kualitas setelah dikenal adalah faktor yang
harus dititikberatkan oleh setiap produsen.
Semoga kita bisa
segera memulai dan mengembangkan usaha yang akan atau sedang kita jalani. BERGERAK,
BERINOVASI DAN BERPRODUKSI.
By: Departemen Kewirausahaan Gamais
Sumber:
http://pengusahamuslim.com
Label:
Moslempreneur
00.11
Berkolaborasi dengan Lazis Mafaza, Gamais Adakan Khitanan Massal
Written By Unknown on Sabtu, 21 Juni 2014 | 00.11
PURWOKERTO,
GamaisNews—Gamais merupakan unit kegiatan mahasiswa kerohanian Islam Fakultas Pertanian Unsoed. Minggu, 15 juni 2014 menjadi hari sejarah bagi Gamais karena ini kali pertama mengadakan khitanan massal yang luar biasa, acara bisa berjalan dengan maksimal dengan bantuan banyak pihak. Departemen
Syiar Gamais berkolaborasi dengan Lazis Mafaza dalam penyelenggaraan
acara ini. Tema yang diusung yakni “Cinta
Generasi Sholeh dan Sehat melalui Berbagi”, Merupakan wujud syiar dan kepedulian Gamais terhadap bakal generasi penerus dakwah.
Jumlah peserta terdaftar yakni 57 peserta yang berasal dari berbagai desa
sekitar banyumas. Antusias yang tinggi dari warga dan peserta menjadi modal
kami dalam menyelenggarakan acara ini, pendopo PKM pun dipenuhi dengan
kegembiraan dan padatnya kendaraan orang tua atau wali dari peserta yang in
syaa allah berkah dan bermanfaat bagi semua yang terlibat.
Pembukaan acara khitanan dimulai pukul 08.20 WIB di pendopo PKM Unsoed
diisi dengan sambutan-sambutan dan pembacaan ayat suci al-quran serta dilanjut
dengan simbolis pembukaan acara khitanan massal dengan gunting pita oleh
perwakilan Lazis Mafaza yakni Bapak Syarif dengan
bacaan basmallah acara khitanan massal dibuka, diikuti dengan bunyi ambulance dan diringi iring-iringan
peserta dengan mengendarai mobil menuju klinik Mafaza untuk dilanjut acara hiburan dan dikhitan.
Acara yang diarahkan oleh Lasika Fatah sebagai koordinator lapangan
mampu menyulap kawasan Karangwangkal dan Grendeng heboh dan
ramai dengan teriakan semangat dari peserta khitan massal. Menurutnya, ini program perdana Departement Syiar Gamais yang bekerjasama
dengan Lazis Mafaza dalam melejitkan syiar
Islam, maka kami Gamais harus mampu bekerjasama dengan baik dan mengikuti
ritme kerja dari lembaga yang
bersangkutan serta menunjukkan totalitas
kita sebagai kader dakwah.
Peserta khitanan massal menerima fasilitas yang memadai yakni pemberian
baju koko, peci, sarung dan santunan serta pengobatan gratis bagi peserta yang
ingin control setelah khitan. Berbagai ekspresi peserta tergambar
ketika mereka dikhitan dan setelah khitan. Ada yang menangis, ketakutan,
cengengesan, berani dan berbagai ekspresi lainnya hal itu lumrah terjadi.
Selain itu, bagi peserta yang menunggu antrian khitan tidak jenuh karena mereka menikmati
motivasi dan hiburan oleh team acara.
Sang motivator menanyakan cita-cita setiap peserta dan syarat mewujudkannya
yakni,
“Syarat buat bisa
jadi polisi, pilot, guru, bahkan presiden itu satu kuncinya, yaitu harus di? SUNAT
(teriakan peserta khitan dengan menggempalkan tangan keatas). Dan manfaat
dikhitan itu tiada lain agar kita tidak ke?
Kejepit (resleting) dan kalo udah dikhitan itu rasanya? plong.” Ujar mas Ahmad dalam memberikan
motivasinya.
Satu persatu peserta dikhitan hingga pukul 13.30 WIB acara berakhir ditutup oleh
MC. Adapun ungkapan dan harapan
dari salah satu wali peserta,“Alhamdulillah
dengan adanya khitanan massal kami sangat terbantu dalam segalanya, bagi kami
yang kurang mampu terasa lebih ringan, fasilitas yang disediakan sudah memadai. Semoga Lazis Mafaza dan Gamais tetap selalu
bermanfaat dan berbagi bagi umat dan tetap berkarya fisabilillah, serta kami
berharap Gamais dapat berbuat yang lebih baik lagi untuk meningkatkan karyanya
dan mengadakan kegiatan didaerah kami yang
tertinggal yaitu Tanggeran Somagede-Banyumas.” (AY)
Label:
BERITA
20.35
Sebuah Naturalitas Bukan Sekedar Pencitraan
Written By Unknown on Selasa, 03 Juni 2014 | 20.35
Oleh: Moh. Ega Elman Miska
(Ketua Umum Gamais 2011)
Dinamika bangsa akan terlihat jelas
di mata rakyat bahwa permasalahan-permasalahan yang ada di bangsa ini lebih cenderung bagaimana pemimpinnya melihat dan menyelesaikannya. Namun, setting
pada zaman abad 21 mampu menstimulus hingga munculnya karakter kepemimpinan
yang bersesuaian, sebab kepemimpinan tidak hadir di ruang hampa, melainkan
dalam sebuah konteks. Teringat pepatah arab yang mengatakan likulli marhalatin rijaluha wa likuli
rijalin muwashafatuha, setiap zaman terdapat tokohnya dan setiap tokoh
memiliki karakter yang sesuai dengan zamannya.
Kitapun tak dapat memungkiri selalu
terbesit pertanyaan dalam hati. Apakah pemimpin saya akan mampu menghadapi
masalah rakyatnya dengan segala daya juangnya ketika memimpin? Atau ia hanya
bersusah payah menjaga singgahsana kekuasaan yang telah didudukinya. Kita dapat
melihat bagaimana respon natural Nabi sulaiman terhadap perintah Ratu Semut
pada rakyatnya (Q.S An-Naml (27:18)!.
“
Maka dia (sulaiman tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut
itu….”(Q.S An-Naml (27:19).
Tidak mau kalah juga para pejabat PNS
mencari sebuah pencitraan dengan gaya jas mentereng, rambut klimis tapi tak berkumis. Apakah
bangsa ini suka dengan pencitraan dibandingkan sebuah naturalitas yang
berorientasi pada kualitas diri untuk memimpin diri dan memimpin bangsa ini?
Kisah Nabi sulaiman menggambarkan bahwa
ini adalah refleksi seorang pemimpin yang tidah
membutuhkan pencitraan. Dia tersenyum dan tertawa lepas tanpa beban. Bisa kita bayangkan
seorang pemimpin besar saat melakukan perjalanan dengan armada besarnya
kemudian melihat percakapan seorang ratu semut sedang berdialog dengan kaumnya.
Bisa diduga bahwa orang lain akan tertegun memperhatikan perilaku Nabi Sulaiman
yang mengamati interaksi binatang kecil itu. Tiba-tiba Nabi Sulaiman tertawa
lepas. Lalu Nabi pun berdoa:
“
Rabbku, ilhamkanlah kepadaku untuk mensyukuri kenikmatan yang telah engkau
limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku beramal shaleh yang
engkau ridhai, dan masukkanlah aku atas rahmatMu kedalam golongan
hamba-hambamMu yang shaleh (Q.S An-Naml (27:19).
Naturalitas itu sangat penting bagi
seorang pemimpin. Dia tampil menjadi pemimpin apa adanya dan sangat menikmati
keunikan darinya tidak terbebani oleh penilaian orang lain atau bawahannya. Ia
tampil sebagai orang yang bersyukur atas keunikan yang diberikan Allah
kepadanya. Karena itu sebuah ongkos naturalitas ini jauh lebih murah ketimbang
sebuah pencitraan yang zaman sekarang begitu massif dilakukan para pemimpin
yang tidak sejati.
Kesejatian pemimpin terletak pada
keasliaanya yang natural, bukan image yang dipaksakan kepada kepala orang lain.
Kesejatian itu murah sedangkan pencitraan itu mahal dan dramatis. “Gue apa adanya, yang lain bersandiwara”
mungkin kata ini lebih tepat untuk seorang pemimpin sejati. Pencari Imagologi
(pencitraan) ini akan terlihat dari segi kinerja atau bahkan kualtias dari
kesejatiaan seorang pemimpin. Para pemimpin sejati tampil sebagai manusia
seutuhnya. Sedangkan para pemimpin rekaan tampil kaku dan penuh pertimbangan
atas penilaian orang lain. Kesejatianlah yang kelak akan didukung orang, bukan
orang mendukung karena sebuah pencitraan. Karena kesejatian lawanya adalah
kepalsuan.
Pemimpin sejati sangat memahami arti kekuasaan sesungguhnya. Kekuasaan untuk kesejahteraan
rakyatnya. Sedangkan pemimpin yang palsu dianggap dirinya berkuasa tapi
sesungguhnya disetir oleh para industri imagologi yang mencari untung besar
hingga kesejahteraan itu mengalir disekitar penguasa dan tidak sampai kepada
rakyatnya. Yang sampai pada rakyatnya adalah image, bukan kesejahteraan yang
sejati.
Kisah Nabi Sulaiman akan menjadi cermin
para calon-calon pemimpin bangsa ini, sebagaimana mestinya seorang pemimpin
mensejahterahkan rakyatnya dengan naturalitasnya bukan karena pencitraan
dirinya saja. Rakyat akan merasakan kesejahteraan dari pemimpinnya. Disisi
lain, ayat tentang tersenyum dan tertawa ini menarik jika dielaborasi lebih
lanjut. Ekspresi senyum dan tertawa adalah dari fungsi aktivitas otak kanan. Otak kanan memiliki
peran yang lebih ringan, kreatif, inovatif.
Menjadi pemimpin sejati, ia harus mampu
mengkombinasikan kecerdasan yang dimiliki oleh otak kanan dan otak kirinya.
Bukan berjalan tidak seimbang. Kedua belahan ini akan berjalan selaras dengan
apa yang dilakukan seorang pemimpin. Kita refleksikan kisah Nabi Sulaiman dari
pesta demokrasi yang saat ini kursi kekuasaan diperebutkan oleh para pemimpin
yang naturalitas atau para pemimipin imagologi.
Label:
opini